Saturday, June 9, 2012

Biarkan Allah Yang Menyatukan Cinta Kita


‎"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu segala yang mewajibkan rahmat-Mu dan segala dosa dan mendapatkan keuntungan dari segala kebajikan. Janganlah tinggalkan dosa padaku kecuali Engkau mempunyainya dan tidak ada kegelisahanku tanpa Engkau melapangkanya dan tidak ada kemelaratan kecuali Engkau melenyapkanya serta tak ada sesuatu hajat yang Engkau ridhoi kecuali Engkau memberikannya. Wahai Maha Penyayang."



Setelah hati terluka disakiti, diusianya tiga puluh tahun cinta itu menghunjam hatinya. Rasa itu muncul ketika penasaran dengan sosok yang mampu membuatnya tertawa ditengah penat pekerjaan. Pertemuan pertama dengannya adalah salam dipagi dengan senyum manis, "Assalamu'alaikum ukhti.." Kalo teringat pertamuan itu bagaikan mimpi, pertemuan yang ditakdirkan oleh Allah. Sampai kemudian bertemu kembali dibeberapa project yang dikerjaan bersama. Cintanya tumbuh begitu indah, bersahaja, penuh warna. Dia banyak mengalah dan mengerti perasaannya. Diam-diam ikhwan itu membaca pikirannya. "Biarkan Allah yang menyatukan cinta kita." ucap ikhwan itu padanya. Ia terdiam, hatinya campur aduk, gembira, bahagia juga sedih dan perih bayangan luka dimasa lalu.

Setelah itu semua berlalu begitu saja. Entah tiada kabar lagi, tiada pertemuan dan tegur sapa. Bagai tertiup angin. Tenggelam dalam kesibukan. Ditengah galau kehadirannya di Rumah Amalia turut menjadi hidupnya dihiasi dengan keindahan dan kebahagiaan, bershodaqoh untuk Rumah Amalia dengan mengharapkan keridhaan Allah menguatkan setiap langkah hidupnya yang begitu terasa berat dijalaninya. Terkadang hati terasa perih teringat ibundanya bertanya, kapan kamu menikah? Adikmu saja sudah sebentar lagi anaknya dua? Kapan ibu melihat kamu menikah? Ucapan itu begitu perih menyayat hati. Air matanya mengalir disetiap sholat tahajud, memohon kepada Allah agar bertemu dengan jodohnya.

Allah Maha Mendengar setiap doa hambaNya. Doa itu dijawabnya, sungguh tidak pernah diduganya. Ikhwan datang bersama keluarganya untuk melamar. Dirinya terkejut, ibundanya menangis, rasa haru dan bersyukur menyatu dalam panjatan kehadirat Ilahi Robbi. "Alhamdulillah, Ya Allah, Engkau dengarkan doa kami," tutur ibunda penuh isak tangis menerima lamaran itu dan tidak lama kemudian menentukan akad nikahnya. Kebahagiaan keluarga besar mempersiapkan pernikahan seolah waktu berjalan begitu lama, keberserahan diri kepada Allah mempersatukan cinta mereka telah mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Subhanallah..

‎"Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu untuk tetap mencintaiMu. Dan orang yang Engkau cintai serta dapat beramal yang menyampaikan kepada ku untuk mencintaiMu. Wahai Allah, berkenanlah kiranya Engkau menjadikan cinta kepadaMu melebihi cintaku terhadap diriku sendiri, keluargaku dan dari air yang sejuk. Aamiin"

By : FB "Kata-kata Hikmah"

No comments:

Post a Comment